Jumat, 22 Maret 2013

Qa'idah Bagdadiyah

Mungkin sudah banyak yang melupakan medote baca Qur’an ini. Sejak munculnya metode baca Iqra’ pada tahun 1980-an, perlahan-lahan Qa’idah Bagdadiyah kehilangan ‘pengaruh’-nya. Apalagi, kemunculan Iqra’ kemudian segera memancing tumbuh suburnya metode-metode baca lainnya, seperti al-Barqi, Hatta’iyah, an-Nur, Tilawati, Ummi, dan (sepertinya) belasan lainnya. Sebelum Iqra’, sebenarnya metode Qira’ati muncul lebih dahulu – bahkan sebenarnya Iqra’ diilhami oleh Qira’ati – namun sebagai ‘gerakan’, Iqra’ lebih massive, sehingga benar-benar menjadi fenomena baru pada waktu itu. Sejak itu, metode baca Qur’an yang dianggap lebih sistematis itu digunakan di hampir semua kalangan, juga tentu saja sekolah-sekolah.
Qa'idah Bagdadiyah versi ringkas, cetakan Penerbit Karya Toha Putra, Semarang, tahun ±2011. Tulisan pada kulit buku ini tidak asli lagi (karya Rahmatullah), berbeda dengan edisi dasawarsa 1970-an dengan huruf bergaya "Bombay".

        Masifnya penggunaan Iqra’ dan berbagai metode baca lainnya segera menenggelamkan metode baca “tradisional”, yaitu Qa’idah Bagdadiyah”. Metode ini sepertinya 'serta merta' dianggap tidak sistematis dalam tahap-tahap pembelajaran baca Qur'an. Namun, meski kebanyakan masyarakat telah tidak menggunakan lagi metode ini, pasar bagi buku yang biasa disebut Turutan ini terbukti masih ada. Penerbit Karya Toha Putra Semarang dan Penerbit Menara Kudus masih mencetak, dan kita bisa menemukannya di toko kitab. Kitab di bawah ini dicetak sekitar tahun 2011. Melihat kecenderungan penggunaan Qur'an di Indonesia dewasa ini, diperkirakan, pengguna dan 'penganjur' Turutan itu adalah "sisa-sisa" generasi lama yang masih 'setia' dengan Qur'an Bombay.
Keterkaitan Qa'idah Bagdadiyah dengan Qur'an Bombay memang dekat. Yang paling mudah dilihat adalah model hurufnya. Kedua kitab itu model khatnya sama: tebal. Jadi, meskipun nama kitab kecil ini "Bagdadiyah" (tentu saja nisbat dari nama kota Bagdad di Irak), namun bisa diperkirakan bahwa produksi dan penggunaan metode ini bersamaan dengan beredarnya Qur'an Bombay di Asia Tenggara sejak sekitar perempat akhir abad ke-19. Di samping itu, kode tanda-tanda baca Qur'an (lihat daftar Alamat ar-Rumuz allati fi al-Qur'an al-Majid di bawah) itu jelas mengacu kepada tanda baca yang digunakan dalam Qur'an Bombay. Al-Qur'an al-Majid merupakan nama yang lazim digunakan dalam mushaf-mushaf cetakan Bombay. 
Seperti kita lihat dalam daftar di bawah, kode-kode huruf waqf tersebut tidak berubah, masih dicetak apa adanya hingga kini. Padahal, sesungguhnya sebagian kode itu sudah tidak digunakan lagi, dan sudah sejak lama tidak tercantum lagi dalam Qur'an di Indonesia. Dalam Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia (1984), tanda huruf tha', zai, shad, qaf-fa', qaf, dan kaf, tidak digunakan lagi, disederhanakan menjadi qaf-lam-ya' (al-waqf aula = sebaiknya berhenti) dan shad-lam-ya' (al-wasl aula = sebaiknya  terus/lanjut), sebagaimana juga dalam Mushaf al-Madinah an-Nabawiyah.  
Nah, siapakah penyusun Qa'idah Bagdadiyah ini? Belum ada informasi yang pasti. Namun, kemungkinan, seseorang yang bergelar "al-Bagdadi"...

 
Rumus tanda baca (kiri bawah) yang tidak berubah. Al-Qur'an al-Majid adalah judul khas Qur'an-Qur'an cetakan Bombay, India.


Qa'idah Bagdadiyah versi lengkap, cetakan Penerbit Karya Toha Putra, Semarang, tahun ±2011.

Qa'idah Bagdadiyah cetakan Penerbit Menara Kudus, tahun ±2011.

15 komentar:

  1. siip, salut buat Dr. Ali Akbar... lanjutkan!! apapun itu fenomenanya, kita (sampai angkatan 1980-an) kayaknya sarjana-sarjana 'bagdadiyah' semua pak... wa-ilal mu'allif hadzal kitab, al-fatihah.....

    BalasHapus
  2. jazakallah ilmunya..subhanallah keren

    BalasHapus
  3. klo mau beli dmna ya,minta info..???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, baru baca. Buku Qa'idah Bagdadiyah masih bisa dibeli di toko-toko kitab di berbagai kota di Jawa Tengah. Atau mungkin bisa beli online via penerbitnya, Karya Toha Putra (Semarang) dan Menara Kudus (Kudus). Coba saja dihubungi. Terima kasih.

      Hapus
  4. saya mengenalnya dulu denga sebutan tuturutan. sungguh banyak sekali kandungan pesan yang tersirat dalam qoidah bagdadiyyah jika saudara-sudara semua mencermatinya ... mohon pencerahannya siapakah pengarang qoidah bagdadiyyah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah, belum diketahui hingga kini. Perlu penelusuran ke India, khususnya Bombay...

      Hapus
  5. saya juga generasi Baghdadiyah :D

    BalasHapus
  6. Metode Baghdadiyah lebih mengena dan mengajarkan bersabar tidak terburu-buru dalam menuntut ilmu ,lebih dari itu ABU MANSUR ABDUL QOHIR AL BAGHDADI penyusun metode belajar tersebut tentunya tidak asal-asalan, melalui tirakat dan riyadhoh.agar manfaat bagi umat Islam di seluruh dunia.
    Kalo mau berkah ya pakai kitab JUZ AMMA versi itu.semoga manfaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh tahu, dari mana sumbernya bahwa penyusun Qa'idah Baghdadiyah adalah ABU MANSUR ABDUL QOHIR AL BAGHDADI ? Terima kasih sebelumnya

      Hapus
    2. Penyusunan Abu Mansur mhon diaertakan referenaiy dr mana geh?

      Hapus
  7. di sini semendo muara-enim sumsel masih menggunakan turutan kelibihan metode ini ada kelebihan seperti zaman rasul saw......seorang murid diajarkan dari dasar huruf alquran sehingga tahu betul perhuruf dri alif smpi ya, kemudian merangkai kalimat terakhir membaca susunan ayat...metode turutan istilahnya makai 3 tingkatan/klas,,jika santri hanya smpi ketingkat 2 saja tetapi matang betul dia sudah bca sendiri alquran/santri turutan bisa paham betul detail huruf2 alquran....sedangkan yang makai metode iqra santrinya sy lihat gk paham huruf2nya,, bahkan bingung bacaan kalimatnya (klo metode turutan dia tahu betul itu klimat trdiri dri huruf apa,tandanya apa dan cara merangkainya.....kl sy lihat metode iqra itu metode langsung melalar/menyusun kalimat...artinya itu lagsung ketingkat 3 metode turutan....maaf y a sy ikut komen bukan apa2 hanya ikut cerita senang sj tentang hal ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Ustadz, atas komentarnya! Sangat mencerahkan. Juga infonya, bahwa di Muara Enim, Sumsel, masih menggunakan metode lama ini...

      Hapus
  8. Sekarang masih ada juga ditempat kami namun hanya sedikit..dipedalaman masih menggunakan metode bagdadiyah juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh tahu, tempat kakak di mana? Dan di pedalaman itu di mana? Trims infonya.

      Hapus
  9. Bermanfaat sekali..salam dari bekasi utara

    BalasHapus