Rabu, 18 April 2012

Mushaf Banten Koleksi Perpustakaan Nasional RI (1)

Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, mengoleksi cukup banyak naskah asal Banten, beberapa di antaranya berupa manuskrip al-Qur’an dan tafsir. Naskah-naskah al-Qur’an di antaranya bernomor A.50, A.51a-e, A.52a-k, A.53a-k, A.54a-e, dan W.278. Tulisan ini ingin memperkenalkan secara singkat keenam naskah mushaf tersebut, dan memberikan gambaran terutama dari sisi fisiknya.
        Memang, di antara keenam naskah al-Qur’an tersebut, hanya satu yang memiliki kolofon (keterangan naskah), yaitu mushaf bernomor A.50. Kolofon dalam bahasa Jawa itu berbunyi “Alamat Qur’an kagungane Kangjeng Sultan Banten Muhammad Aliyuddin ibn Sultan Muhammad Arif” yang menunjuk kepada Sultan Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin (bertakhta 1777-1802). Naskah-naskah lainnya, meskipun tidak memiliki kolofon, namun berdasarkan ciri kaligrafinya, saya menduga kuat bahwa naskah al-Qur’an nomor A.51, A.52, A.53, A.54 juga berasal dari Banten. Hal ini diperkuat oleh Annabel Teh Gallop (ahli naskah Islam Asia Tenggara di British Library, London), yang meneliti iluminasi dan ciri-ciri lainnya, dan lebih jauh berkesimpulan bahwa sejumlah naskah lainnya koleksi PNRI berasal dari Banten. 
        Dalam naskah A.67 dan A.69 tercantum nama Sultan Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin, seperti terdapat dalam A.50. Berdasarkan kepastian kolofon tersebut, naskah-naskah di atas dapat dikaitkan dengan asal yang sama. Sifat-sifat tertentu naskah tersebut, yaitu (1) ukurannya jauh lebih besar dari rata-rata naskah Nusantara, mungkin karena berasal dari lingkungan keraton yang perpustakaannya lebih mewah; (2) ruang tulisan (text block) hampir sampai ke pinggir kertas, sehingga pias (margin) sangat sempit, berbeda dengan umumnya naskah Nusantara yang biasanya memiliki margin lebih luas; (3) kaligrafi/khat lebih bagus dan lebih memiliki disiplin daripada kebanyakan naskah berhuruf Arab dari Nusantara lainnya; dan (4) kata ‘Allah’ seringkali ditulis dengan tinta merah. Ini merupakan salah satu ciri yang khas.
        Qur'an-Qur'an yang berasal dari Kesultanan Banten koleksi Perpustakaan Nasional RI ini merupakan bagian dari puluhan naskah lainnya yang pada umumnya berupa naskah keagamaan dalam huruf Arab. Naskah-naskah ini, bersama dengan benda lainnya seperti mahkota (kini menjadi koleksi Museum Nasional), senjata, pakaian, gamelan, dll, 'dirampas' oleh Belanda dari keraton Banten, setelah Belanda mengasingkan Sultan terakhirnya ke Surabaya, pada tahun 1832.

(1) Naskah A.51a-e
Naskah ini terdiri atas lima jilid, masing-masing jilid berisi enam juz. Kondisi naskah kurang baik, karena kertas telah cukup parah dimakan tinta. Banyak bagian yang sudah tidak terbaca. Ukuran sampul 31 x 20 cm., dan ukuran halaman 30,5 x 19,5 cm. Jumlah halaman masing-masing jilid, [a] 496, [b] 643, [c] 608, [d] 601, dan [e] 691 halaman.

 Naskah A.51a-e. (Foto: Art Gallery of South Australia)

        Di sela-sela teks Al-Qur'an terdapat terjemahan dalam bahasa Melayu. Terjemahan ditulis dengan diakritik (harakat) lengkap, terdiri atas satu atau dua baris. Teks Al-Qur'an ditulis dalam gaya Naskhī mirip Muhaqqaq, sedangkan terjemahan ditulis dalam gaya Fārisī, suatu gaya yang sering dipakai untuk menulis tulisan Jawi. Tanda-tanda tajwid dan juz ditulis dengan tinta merah, sedang tanda-tanda ayat berbentuk bundaran berwarna emas. Tidak ada keterangan mengenai asal naskah ini. Namun, melihat karakter hurufnya, diperkirakan naskah ini berasal dari Banten.
        Pada permulaan juz empat, naskah ini memiliki hiasan yang sangat indah. Hiasan semacam itu terdapat pada setiap tiga juz, dan setiap halaman diberi bingkai yang indah, dengan komposisi warna (dari garis dalam) merah-merah-hitam-emas-hitam. Hiasan pada permulaan juz digarap dengan ketelitian yang sangat tinggi, mengingatkan pada ketelitian iluminasi mushaf-mushaf dari Persia. Dari segi bentuk, pada dasarnya agak sederhana, dengan hiasan floral bermotif mahkota, berlatar emas. Namun kejelian dan ketelitian penggarapannya benar-benar mengagumkan.

(2) Naskah A.50 
Naskah ini masih lengkap, 30 juz, dengan kondisi cukup baik, meskipun sebagian berlubang. Ukuran sampul dan halaman 31 x 23 cm, dengan bidang teks 27 x 14 cm. Jumlah halaman 439, masing-masing 17 baris, kecuali halaman awal (Surah al-Fatihah dan awal Surah al-Baqarah) 7 baris, dengan ukuran bidang tulis yang jauh lebih kecil, 11 x 6,5 cm. Kertas yang digunakan licin dan tipis, berbeda dari umumnya kertas Eropa. Permukaan yang ditulis pada awalnya hanya satu muka, yang kemudian dilengketkan dengan halaman berikutnya, sehingga menjadi lembaran dengan tulisan bolak-balik. Qirā’āt sab‘ah ditulis lengkap, pada setiap halaman, di sebelah kanan dan kiri halaman.

 
Naskah A.50. (Foto: Art Gallery of South Australia)

        Setiap lembar berlatarkan emas dalam motif bunga, yang tampaknya dilukis dengan teknik cap atau sablon. Latar emas ini benar-benar berpengaruh kuat, sehingga menjadikan mushaf ini tampak mewah dan mengesankan. Semua kata “Allah” ditulis merah, semakin menambah kemewahan Al-Qur'an ini. Di halaman depan terdapat kolofon yang menjelaskan bahwa mushaf ini milik Sultan Banten Muhammad ‘Ali ad-Din ibn Sultan Muhammad ‘Arif. Namun tidak ada petunjuk angka tahun penulisannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar